7 Pertanyaan yang Perlu Di Konsultasikan kepada Dokter Anda tentang Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit keropos pada tulang. Secara harfia diartikan ama dengan 'lubang di dalam tulang'.
Berikut 10 pertanyaan yang sebaiknya anda ajukan dengan dokter anda berkaitan dengan osteoporosis:
1. Seberapa serius osteoporosis yang anda derita?
2. Mungkinkah anda sudah mengalami patah tulang tana disadari?
3. Bagaimana cara mengidetifikasi terjadinya patah tulang?
4. Bagaimana cara mencegah jatuh di rumah?
5. Bagaimana dengan pola makan yang seharusnya?
6. Olahraga apa yang perlu dilakukan?
7. Bagaimana dengan waktu kontrol? Berapa kali harus kontrolulang?

4 cara mencegah terjadinya keracunan makanan

1. Membeli bahan makanan.
Belilah bahan makanan yang masih segar. Jika hendak membeli makanan kalengan, sikap teliti dan hati-hati merupakan hal mutlak. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya tanda-tanda kontaminasi bakteri pada makanan kalengan itu. Beberapa tanda yang perlu dicurigai adalah dengan memperhatikan kemasannya , apakah ada retak, penyok, atau berkarat, dan tutup kemasan lepas atau tidak.
Perhatikan tanggal kadaluarsa makanan sebelum dimakan. Perhatikan juga apakah kotak atau kaleng makanan dan minuman telah menggembung. Hal ini pertand sudah terjadi infeksi bakteri didalam makanan. Jika makanan kalengan itu berupa sayuran, periksalah apakah ada cairan putih seperti susu di sekitar sayuran itu. Jika ada cairan seperti itu, lebih baik cari sayuran yang lain.
Bila membeli daging, seafood, dan produk-produk olahan dari susu, pilihlah yang masih segar, yang dapat diketahui dari bau dan warna yang biasanya masih tampak cerah. Upayakan juga untuk selalu membeli daging, seafood, dan susu dari penjual atau pemasok yang terpercaya.
2. Menyimpan makanan
- Setiba di rumah setelah berbelanja bahan makanan, segera simpan dalam kulkas atau freezer bahan makanan yang belum akan dimasak hari itu.
- Bekukan daging, ikan, atau daging unggas segar dalam freezer jika bahan pangan hewani ini belum akan dimasak dalam dua hari ke depan.
- Jangan biarkan makanan olahan (seperti keju atau daging olahan) dalam suhu ruang selama lebih dari dua jam sebelum disajikan.
- Jika memasak makanan sehari sebelum disajikan, simpanlah lebih dulu makanan itu ke dalam kulkas atau freezer segera setelah dimasak. Ingat, jangan keluarkan makanan itu (dari kulkas atau freezer) lebih dari dua jam sebelum disajikan.
- Jangan menyimpan makanan lebih lama dari batas waktu yang disarankan. Sebagai gambaran, produk-produk olahan dari susu bisa tahan di kulkas selama seminggu, sementara telur bisa tahan lebih lama lagi yaitu tiga atau empat minggu.
3.Memasak makanan.
-Cucilah tangan sebelum dan setelah mengolah makanan.
- Sediakan dua papan alas potong di dapur. Satu untuk memotong daging dan satu untuk memotong sayuran.
-Setelah memotong-motong daging sapi, ikan, atau daging unggas mentah, jangan lupa pula untuk mencuci tangan. Cuci pula semua perkakas dapur yang baru digunakan untuk memotong-motong daging atau ikan tersebut.
-Cuci buah dan sayuran di bawah air yang mengalir sebelum dimasak atau dimakan.
-Cicipi makanan hanya ketika makanan itu telah benar-benar matang.
-Ketika menghangatkan makanan, jangan lupa untuk menutup panci atau wadah yang digunakan. Panaskan makanan dengan seksama sehingga semua bagian dari makanan ini benar-benar panas kembali.
-Bila ada makanan sisa, segera masukkan dalam lemari pendingin dan jangan campur adukkan makanan sisa tersebut, masing-masing tempatkan dalam tempat tersendiri.
-Usahakan makanan tetap panas atau dingin. Membiarkan makanan dalam suhu ruangan memberikan kesempatan bakteri untuk tumbuh.
4.Membersihkan perangkat masak
-Gunakan air sabun yang hangat untuk mencuci talenan, pisau, cobek, panci, dan perangkat lainnya yang digunakan untuk memasak.
-Bersihkan spon atau kain untuk mencuci piring dengan cara meremas atau menguceknya di dalam air yang banyak, kemudian bilas hingga bersih. Setelah itu, panaskan spon atau kain pencuci piring itu di dalam microwave dengan tingkat panas maksimal selama 60 detik. Dengan cara ini diharapkan, spon atau kain pencuci piring bebas dari kuman.

Interaksi obat yang menguntungkan

Sebenarnya tidak semua akibat interaksi obat ini merugikan, ada juga yang menguntungkan, misalnya penggunaan antibiotik penisilin bersamaan dengan probenesid akan mengakibatkan pengeluaran penisilin terhambat sehingga kadar penisilin tetap tinggi dalam plasma. Hal ini baik untuk infeksi pada saluran kemih seperti gonore.

Selain itu, penggunaan kombinasi obat antihipertensi yang dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping obat, kombinasi obat anti tuberkulosis yang dapat memperlambat timbulnya resistensi kuman terhadap obat dan antagonisme terhadap efek toksik obat oleh antidotnya masing masing, misalnya keracunan jengkol dengan bikarbonas, keracunan baygon dengan sulfas atropin dan lain sebagainya.

Nah....Dengan adanya kemungkinan berkurangnya khasiat obat, penting bagi kita untuk mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap timbulnya interaksi obat yang merugikan.

Pertama-tama, jika memperoleh resep obat dari dokter yang lebih dari satu, yakinkan dokter yang menulis ini benar-benar mengetahui obat-obat tersebut tidak saling mempengaruhi.

Dapat pula menanyakan kepada apoteker, pada saat menebus obat di apotek. Kedua, informasikanlah semua obat yang anda konsumsi baik obat bebas maupun obat herba/suplemen kepada dokter anda.

Ketiga, perlu diingat nama-nama obat yang saling berinteraksi, misalnya aspirin atau obat pereda sakit yang lain, obat untuk sakit maag seperti antasida, anti mual dan muntah, antibiotik, antiperadangan, antihistamin, obat-obat untuk asma, tekanan darah tinggi, serta obat flu.

Terakhir, informasikan juga setiap efek yang tidak diharapkan yang muncul setelah anda mengkonsumsi suatu obat.

Interaksi Obat bebas

Obat bebas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter juga perlu diperhatikan informasi yang ada pada kemasannya, karena khasiatnya dapat sama dengan obat yang anda terima dari resep dokter.

Dibawah ini ada beberapa peringatan terhadap obat bebas yang umum dipakai, diantaranya :

• Hindari alkohol jika menggunakan antihistamin, produk obat batuk dengan kandungan dextromethorphan.
• Jangan gunakan pencahar jika lambung terasa nyeri, mual atau muntah.
• Tanpa petunjuk dari dokter, jangan gunakan pelega hidung jika anda sedang menggunakan obat resep untuk tekanan darah tinggi atau depresi, atau jika anda menderita penyakit jantung, diabetes, tiroid atau masalah prostat.

Interaksi Obat herba

Sebagaimana kita ketahui bahwa penggunaan obat tradisional masih sangat dipercayai di masyarakat, yang penggunaannya berdasarkan pengalaman saja atau ada juga yang sudah didukung dengan bukti ilmiah dalam bentuk herbal terstandar atau fitofarmaka.

Persoalannya, bagaimana jika seseorang menggunakan obat yang diresepkan dokter dengan suplemen ataupun obat tradisional? Tujuannya mungkin untuk mengkombinasikan dua macam pengobatan dengan harapan efek yang diinginkan juga maksimal.

Tapi, sebaiknya anda waspada. Jangan sampai beragam obat-obatan yang anda harapkan dapat menyembuhkan itu justru berbalik mencelakakan kesehatan, bahkan jiwa anda.
Sebagai contoh, seorang yang mendapatkan obat pengencer darah warfarin dari dokter, tanpa sepengetahuan dokter ia juga minum suplemen yang mengandung salah satu herba berikut ini, apakah ginseng, garlic, ginko atau ginger. Akibatnya, efek pendarahan akan meningkat. Selain itu, penggunaan obat anti jamur( ketokonazole) bersamaan dengan herba echinacea lebih dari delapan minggu diketahui dapat mengakibatkan kerusakan hati.

Oleh sebab itu, mulailah perhatikan apa isi suplemen yang anda konsumsi jika sedang mengkonsumsi obat yang diberikan dokter dan konsultasikanlah dengan dokter anda semua obat atau suplemen yang sedang anda konsumsi. Karena jika khasiatnya hampir sama untuk mengurangi keluhan yang anda rasakan kemungkinan efeknya juga sama, jadi jangan sampai berlebihan. Sebaiknya pilihlah salah satu yang hendak anda konsumsi atau menggunakannya tidak dalam waktu bersamaan (ada interval waktu).
Obat dan suplemen yang bekerja berlawanan juga hendaknya anda hindari pula.

Misalnya minum suplemen vitamin K yang mempunyai efek menggumpalkan darah dapat menghalangi kerja obat pengencer darah.

Disamping itu, anda sendiri sebaiknya belajar contoh kombinasi yang berbahaya yang dapat diperoleh dari beberapa ahli kesehatan, ataupun literatur ilmiah yang ada di internet dan lain sebagainya.

Kapan dapat terjadi interaksi obat?

Interaksi dapat terjadi mulai dari luar tubuh misalnya pencampuran obat dalam cairan infus, ataupun beberapa obat yang digerus (untuk anak-anak), sampai ketika obat sudah di dalam tubuh.

Ketika obat yang kita makan sudah masuk ke dalam tubuh, maka akan mengalami beberapa proses, mular dari penyerapan, timbulnya efek, sampai dikeluarkan lagi dari tubuh. Interaksi dapat terjadi pada berbagai proses tersebut.
Contoh interaksi yang dapat mempengaruhi penyerapan salah satu obat, misalnya penggunaan obat maag yang mengandung antasida, yang dapat menyebabkan keasaman lambung menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan pengrusakan obat yang tidak tahan asam seperti antibiotik eritromisin juga berkurang, sehingga konsentrasinya di dalam darah menjadi meningkat yang akhirnya akan meningkatkan efeknya. Sebaliknya keadaan ini akan mengurangi penyerapan zat besi (Fe), yang penyerapannya paling baik bila cairan lambung sangat asam.

Selain itu juga perlu diperhatikan apakah obat yang dimakan bersifat meningkatkan pergerakan saluran cerna yang juga dapat mempengaruhi penyerapan obat lain. Misalnya pengunaan obat anti mual dan muntah (metoclopramide) yang dapat meningkatkan pergerakan saluran cerna atau obat anti depresi yang memperlama waktu pengosongan lambung sehingga penyerapan obat lain juga lebih lama.
Demikian pula tetrasiklin, tidak dianjurkan diminum bersama susu, karena akan terjadi senyawa kompleks yang dapat memperburuk penyerapan obat. Ada pula jenis obat tertentu yang kehilangan keampuhannya bila diminum pada saat lambung terisi. Obat cacing yang diminum setelah makan akan menyebabkan cacing-cacing terbungkus dalam makanan tersebut, sehingga cacing dalam saluran pencernaan tidak efektif terbasmi.

Contoh lain, seorang perokok yang juga menggunakan obat antiasma jenis teofilin, akan membutuhkan dosis sampai dua kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, untuk memperoleh khasiat yang sama. Demikian pula obat-obat antidepresi, obat penenang dan obat untuk tekanan darah tinggi. Di samping itu, perokok memerlukan vitamin B6, B12, dan C jauh lebih banyak daripada yang tidak merokok.

Jadi, jangan heran jika banyak perokok mengeluh, khasiat sesuatu obat tiba-tiba menurun. Sebab, ternyata merokok dapat mempengaruhi kerja obat-obatan tertentu di dalam tubuh, yang akan mengurangi khasiat obat. Akibatnya, perokok membutuhkan dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok, dengan risiko kemungkinan timbulnya efek samping dan kemungkinan keracunan obat yang lebih besar. Selain rokok, makanan yang dipanggang dengan arang juga dapat memacu metabolisme beberapa obat tertentu.

WASPADA INTERAKSI OBAT......(1)

Saat minum suatu obat, tentunya kita mengharapkan khasiat dari obat yang kita minum, sehingga keluhan yang tidak menyenangkan dan tanda-tanda penyakit kita menjadi berkurang. Namun, tidak jarang obat yang diminum ternyata tidak berkhasiat, dengan kata lain tidak menghasilkan efek yang kita harapkan, bahkan menimbulkan akibat lain yang tidak diinginkan. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan ini, yang jarang disadari, tak lain akibat interaksi obat, yang dapat terjadi antara obat dengan obat, obat dengan makanan ataupun minuman tertentu, juga akibat kebiasaan kita sendiri seperti merokok.

Apabila kita minum lebih dari satu macam obat pada saat yang sama, dapat saja tiap-tiap obat bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan khasiat masing-masing. Namun, tidak jarang obat-obat ini saling mempengaruhi . sehingga khasiat salah satu obat akan berubah. Kejadian interaksi obat ini akan meningkat pada penggunaan beberapa obat sekaligus (polifarmasi).

Kejadian interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena masih kurangnya dokumentasi, sering lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi (efek non terapi pada obat yang sama yang tidak dapat diprediksi sebelumnya) terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat; dan juga karena kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual, dimana populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu, penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah, dan faktor-faktor lain, seperti dosis besar, obat ditelan dalam waktu bersamaan, serta penggunaan yang kronik.

Sebenarnya, setiap obat memiliki indikasi, kontraindikasi, efek samping, serta takaran obat yang dianjurkan. Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas dapat membahayakan. Kontraindikasi harus diperhatikan dan diwaspadai, misalnya suatu obat mempunyai kontraindikasi terhadap wanita hamil, penderita sakit maag, sakit liver, atau ginjal. Selain itu, biasanya juga adanya informasi larangan penggunaan dengan obat tertentu atau interaksi dengan obat lain.