Kapan dapat terjadi interaksi obat?

Interaksi dapat terjadi mulai dari luar tubuh misalnya pencampuran obat dalam cairan infus, ataupun beberapa obat yang digerus (untuk anak-anak), sampai ketika obat sudah di dalam tubuh.

Ketika obat yang kita makan sudah masuk ke dalam tubuh, maka akan mengalami beberapa proses, mular dari penyerapan, timbulnya efek, sampai dikeluarkan lagi dari tubuh. Interaksi dapat terjadi pada berbagai proses tersebut.
Contoh interaksi yang dapat mempengaruhi penyerapan salah satu obat, misalnya penggunaan obat maag yang mengandung antasida, yang dapat menyebabkan keasaman lambung menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan pengrusakan obat yang tidak tahan asam seperti antibiotik eritromisin juga berkurang, sehingga konsentrasinya di dalam darah menjadi meningkat yang akhirnya akan meningkatkan efeknya. Sebaliknya keadaan ini akan mengurangi penyerapan zat besi (Fe), yang penyerapannya paling baik bila cairan lambung sangat asam.

Selain itu juga perlu diperhatikan apakah obat yang dimakan bersifat meningkatkan pergerakan saluran cerna yang juga dapat mempengaruhi penyerapan obat lain. Misalnya pengunaan obat anti mual dan muntah (metoclopramide) yang dapat meningkatkan pergerakan saluran cerna atau obat anti depresi yang memperlama waktu pengosongan lambung sehingga penyerapan obat lain juga lebih lama.
Demikian pula tetrasiklin, tidak dianjurkan diminum bersama susu, karena akan terjadi senyawa kompleks yang dapat memperburuk penyerapan obat. Ada pula jenis obat tertentu yang kehilangan keampuhannya bila diminum pada saat lambung terisi. Obat cacing yang diminum setelah makan akan menyebabkan cacing-cacing terbungkus dalam makanan tersebut, sehingga cacing dalam saluran pencernaan tidak efektif terbasmi.

Contoh lain, seorang perokok yang juga menggunakan obat antiasma jenis teofilin, akan membutuhkan dosis sampai dua kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, untuk memperoleh khasiat yang sama. Demikian pula obat-obat antidepresi, obat penenang dan obat untuk tekanan darah tinggi. Di samping itu, perokok memerlukan vitamin B6, B12, dan C jauh lebih banyak daripada yang tidak merokok.

Jadi, jangan heran jika banyak perokok mengeluh, khasiat sesuatu obat tiba-tiba menurun. Sebab, ternyata merokok dapat mempengaruhi kerja obat-obatan tertentu di dalam tubuh, yang akan mengurangi khasiat obat. Akibatnya, perokok membutuhkan dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok, dengan risiko kemungkinan timbulnya efek samping dan kemungkinan keracunan obat yang lebih besar. Selain rokok, makanan yang dipanggang dengan arang juga dapat memacu metabolisme beberapa obat tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar